Langit hitam membentang memperkenalkan diri, namanya malam. Ia datang bersama kawan-kawannya, yaitu sepi yang seringkali memompa kecemasan, dan dingin yang tak akan berhenti menusuk kulit tipis.
Tak lama, ada yang datang lagi, dengan bangga berkata bahwa ia milik tuan malam, ia bulan purnama. Jangkrik tergesa-gesa menyambut dengan gemerisik suaranya, sementara kunang-kunang bersembunyi enggan menengok senyum angkuh rembulan.
Aku masih di sini, di pinggir jalan tua yang kerap disakiti roda-roda gila. Mataku sulit terpejam di atas bebatuan tak ramah. Tidak ada angin yang pandai merayu datang untuk membuatku terlelap.
Tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar